Sunday, March 11, 2012

Korrie Layun Rampan Sastrawan Indonesia

Minggu, 11 Maret 2012

 
 
Bagi pecinta sastra Indonesia pasti sangat familiar dengan nama Korrie Layun Rampan. Pernah dengar kan? Nah di majalah Horison edisi Desember 2011, di kaki langitnya Sunu Wasono membahas tentang sastrawan asal Dayak Benuaq ini. Belum baca Horison? Baiklah saya ringkas sedikit disini ya…
Korrie LR adalah putra dari pasangan Paulus Rampan dengan Martha Renihay Edau Rampan dilahirkan di Samarinda, Kalimantan 17 Agustus 1953. Ia menamatkan Sekolah Dasar  hingga pendidikan atas di Samarinda,  lalu tahun 1970 ke Yogyakarta menuntut ilmu keuangan dan perbankan serta ilmu jurnalistik. Ia juga aktif di Persada Studi Klub asuhan Umbu Landu Paranggi. Tujuh tahun di Kota Gudeg ia mendapat tempaan mental yang berharga dan tumbuh menjadi penulis berbakat, potensial dan produktif. Tahun 1978 Korrie pindah ke Jakarta kegiatan menulisnya terus meningkat. Ia bekerja  sebagai wartawan majalah Sarinah lalu menjadi  pengajar, editor, penulis, pengisi acara di RRI dan TVRI.  Akhir tahun 2001 ia memimpin Koran Sentawar Pos yang terbit di kabupaten kutai barat, Kalimantan Timur, juga mengajar di Universitas sendawar, Kutai Barat. Tahun 2004 ia terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Kutai Barat periode 2004-2009 sebagai ketua komisi I. Meski aktivitasnya banyak dan beragam ia tak pernah meninggalkan dunia tulis-menulis.
Buku yang ia tulis sudah mencapai 200 buku dengan bentuk beragam; puisi, cerpen, novel, esai/kritik, cerita anak dan sejumlah karya terjemahan yang  sampai sekarang bisa ditemukan di toko-toko buku dan ia juga masih akan menerbitkan karya-karya barunya. Weis apa ya rahasianya bisa seproduktif itu kayaknya gampang banget  nulis sampai ratusan buku! 
Proses penulisan/penjadian karya-karya Korrie tidak sama ada karya yang diendapkan sampai tiga tahun tapi ditulis dalam waktu satu minggu saja yaitu Novel Upacara yang mengangkat nama Korrie dalam panggung sastra Indonesia. Awalnya novel in ditulis untuk mengikuti Sayembara Penulisan Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1976 dan menjadi juara kedua. Tahun 1978 diterbitkan sebagai buku oleh Pustaka Jaya. Tulisan-tulisannya banyak berlatar suku dayak tentu saja ia lebih mengenal tempat kelahiran dengan segaala gejolak masalah sosialnyanya tersebut hingga sering terdeskripsikandalam karya-karyanya
Sumber : Disini

0 comments:

Post a Comment

 
Gudang Jempol © 2012